Keberagaman memang sudah menjadi nilai lebih bangsa Indonesia. Ribuan pulau yang membentang dari Sabang hingga Merauke menghadirkan kemajemukan. Nah, dari realitas tersebut, Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Indonesia (YPPI) mencoba memberikan ruang yang sama diantara individu berbeda.
“YPPI berusaha menampung aspirasi masyarakat yang multikultural, menampung beragam lapisan masyarakat yang membutuhkan pendidikan, menampung jaringan kerjasama dengan beragam institusi baik di dalam maupun luar Indonesia. Sehingga, pada tahun ini, kami berani mengatakan bahwa YPPI sudah, sedang, dan akan terus membangun jaringan global sebagai kekuatan melaksanakan panggilan lokal Indonesia, untuk mampu berperan lebih global lagi,” kata Dr. Dr. Kresnayana Yahya, M.Sc., Ketua YPPI saat perayaan HUT YPPI ke-66 di Hall lantai 4 Universitas Widya Kartika Surabaya, 1 Juli 2013.
Dia menambahkan, selama kurun 66 tuhun ini, YPPI telah menunjukkan eksistensinya mewarnai dunia pendidikan Indonesia, khususnya Surabaya. “YPPI mampu berkarya dan dipercaya masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan dari TK hingga perguruan tinggi,” ujarnya.
Oleh karenanya, YPPI harus lebih bersiap dan berani melangkahkan kaki guna menyiapkan warga Indonesia bersaing di kancah dunia. Sehingga, paham Unity In Diversity bukan sekadar wacana, tapi menjadi tekad untuk menyumbangkan sesuatu pada dunia.
“School for life. Sekolah untuk hidup. Mindset ini haus ditanamkan dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Agar kelak, kemanapun anak didik YPPI berperan, bisa membawa skill bertaraf internasional, namun memiliki pribadi, budaya, dan karakter Indonesia,” paparnya.
Di sisi lain, Ketua DewanPembina YPPI, Eka Budiadi Santosa menjelaskan, sejak berdiri pada 1947, YPPI sudah berkomitmen memajukan pendidikan nasional dengan berbagai keberagaman suku, agama, dan budaya yang ada. “Itu juga yang menjadi ciri khas YPPI, menjadi pembeda dengan sekolah lain. Kalau sekolah lain punya ideologi berbeda, kami punya ideologi yang satu, yakni untuk berbangsa dan bernegara,” tandasnya.
Dia menukil istilah Ernest Douwes Dekker, seorang politikus, wartawan, penulis, sekaligus peletak nasionalisme pada awal abad ke-20. Menurutnya, Douwes Dekker mengibaratkan nusantara sebagai rangkaian Ratna Mutu Manikam. Negeri yang terletak di khatulistiwa laksana sabuk indah nan berharga.
“Ada sekitar 15 ribu pulau yang membentang di nusantara. Lebih dari 15 ribu suku mendiami pulau-pulau tersebut. Dan pastinya juga ada kurang lebih 15 ribu budaya yang tidak pernah dimiliki negara manapun kecuali Indonesia,” urainya.
“Setelah 2015, Indonesia akan jadi jujugan tourism. Mereka tak lagi hanya ingin melihat keindahan panorama Indonesia yang very exotic, tapi juga budaya Indonesia yang very-very exotic,” tandasnya.
Semnetara itu, Yulia Setyarini, S.E., M.A., ketua panitia acara mengatakan, wujud dari keberagaman yang ada di YPPI bisa dilihat dari kostum yang dipakai para tamu undangan. “Tamu dan undangan menggunakan busana daerah. Sehingga semakin tampak kebersamaannya meski dalam perbedaan,” katanya.